Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kajian Ilmiah 'Jampe Gelut' oleh Akademisi dari Universitas Padjadjaran UNPAD

Kajian Ilmiah 'Jampe Gelut' oleh Akademisi dari Universitas Padjadjaran UNPAD
Ilustrasi gelut atau bertarung. Foto: pixabay
JAMPE SUNDA - Berikut ini adalah kajian ilmiah terhadap jampe sunda, mantra atau ajian untuk bertarung. Dalam penelitian ini, data yang diambil merupakan Jangjawokan yang termasuk kedalam mantra kekuatan, mantra kekuatan ini biasanya digunakan oleh masyarakat Sunda dan dianggap memiliki kesaktian.

Data diambil dari buku "Jangjawokan Inventarisasi Puisi Mantra Sunda” sebanyak lima data. Data yang diperoleh adalah struktur mantra dan hasil analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut.

Jampe Gelut

Bismillah
Sun matek ajiku si macan putih
Sun sulung si tukang balung
Ora tan kena lara
Ora tan kena pati
Ikhlas nanjung karna Alloh


Terjemahan Bahasa Indonesia

Mantra untuk berkelahi

Bismillah
Kupakai ajianku si macan putih
Aku pungut si tulang
Tak pernah kena lara
Tak pernah mati
Ikhlas menang karena Allah


Dari data 1 mantra “Jampe Gelut” dari segi kebahasaan struktur fisik puisi (mantra) yang ditemukan, yaitu (1) diksi, (2) imaji, (3) kata konkret, dan (4) rima dan ritme.

a. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata. Pemilihan dan pemanfaatan kata merupakan aspek yang utama dalam puisi. Pada mantra ini ditemukan makna denotatif (makna sebenarnya) dan makna konotatif (makna tidak sebenarnya).

Mantra di atas pada larik pertama, / Bismillah/ secara denotatif memberi makna ucapan pembukaan yang disampaikan penutur. Akan tetapi secara konotatif larik pertama menggambarkan kepercayaan terhadap kekuatan adikodrati yang dipercayai dalam agama Islam. Hal tersebut merupakan representasi kepercayaan mayoritas orang Sunda.

Pada larik kedua, Sun matek ajiku si macan putih secara denotatif memberi makna penutur mantra memakai ajian si macan putih. Akan tetapi secara konotatif larik kedua menggambarkan bahwa si penutur mantra ingin terlihat seperti macan yang dapat membuat orang di sekitarnya terkesima. 

Ajian macan putih sangat terkenal pada kebudayaan Sunda, dalam (Miharja, Deni dan Saepudin, 2017) dijelaskan bahwa ajian macan putih merupakan ajian yang cukup dikenal dalam dunia spiritual nusantara. Pada kebudayaan Sunda dipercaya bahwa ajian ini membuat seseorang yang mengamalkannya menjadi orang yang lebih berkarisma serta berwibawa.

Pada larik ketiga, Sun sulung si tukang balung secara denotatif memberi makna penutur mantra memungut sebuah tulang. Akan tetapi secara konotatif larik ketiga menggambarkan bahwa si penutur mantra memungut tulang tersebut untuk menjadi jimat. 

Pada larik keempat, / Ora tan kena lara / Tak pernah kena lara / secara denotatif memberi makna tidak pernah terkena sedih, susah, dan sebagainya. Akan tetapi secara konotatif larik keempat menggambarkan bahwa si penutur mantra menginginkan hidupnya tidak pernah terkena hal-hal yang menyusahkan hidupnya.

Pada larik kelima, / Ora tan kena pati / Tak pernah mati / secara denotatif memberi makna tidak pernah mati. Akan tetapi secara konotatif larik kelima menggambarkan bahwa si penutur mantra menginginkan hidupnya abadi. 

Pada larik keenam, / Ikhlas nanjung karena Alloh / Ikhlas menang karena Allah / secara denotatif memberi makna penutur makna tulus dengan kemenangannya karena Allah. Akan tetapi secara konotatif larik keenam menggambarkan bahwa apa pun nanti hasilnya kemenangan tersebut berasal dari Allah.

b. Imaji

Imaji yang ditemukan pada mantra “Jampe Gelut” adalah imaji taktil hal tersebut dapat dilihat dari kata Sun matek ajiku si macan putih dan Sun sulung si tukang balung yang artinya Kupakai ajianku si macan putih dan Aku pungut si tulang, terlihat adanya aktivitas yaitu memakai dan memungut.

c. Kata Konkret

Kata yang membangkitkan daya imaji pada mantra “Jampe Gelut” adalah kata Sun (aku) yang membuat penutur mantra benar-benar terbawa ke dalam mantra tersebut.

Sun matek ajiku si macan putih
Sun sulung si tukang balung
Kupakai ajianku si macan putih
Aku pungut si tulang

d. Rima dan Ritme

Rima pada “Jampe Gelut” tidak berurutan, sedangkan untuk ritme pada mantra tersebut terdapat ritme pengulangan frasa Sun pada baris kedua diulang pada baris ketiga. Serta frasa Ora tan kena yang terdapat pada baris keempat dan diulang pada baris kelima.

Sun matek ajiku si macan putih
Sun sulung si tukang balung
Ora tan kena lara
Ora tan kena pati


Dari data 1 mantra “Jampe Gelut” dari segi kebahasaan struktur batin puisi (mantra) yang ditemukan, yaitu (1) tema, (2) perasaan, (3) nada, dan (4) amanat.

1) Tema

Tema dalam mantra “Jampe Gelut” dilihat dari mantra tersebut adalah mengenai harapan.

2) Perasaan

Ungkapan perasaan mantra kekuatan yang dibacakan pada mantra “Jampe Gelut” yaitu perasaan yakin.

3) Nada

Nada dalam puisi (mantra) yaitu isi mantra terhadap pembaca. Nada yang terdapat pada mantra “Jampe Gelut” adalah menuntun.

4) Amanat

Amanat yang ditemukan pada mantra “Jampe Gelut” adalah berharap menang, hidup senang dan abadi.

Sumber:
Aulia Pebrianti Wardani, Nani Darmayanti dan Agus Nero Sofyan. "Struktur Mantra Kekuatan dalam Buku 'Jangjawokan Inventarisasi Puisi Mantra Sunda': Kajian Etnolinguistik." Kajian Linguistik dan Sastra |e-ISSN 2541-2558, Vol. 6 (2021): 59-61